MENGENAL ANAK TEMPER TANTRUM
Suatu hari saat diajak jalan-jalan oleh Ibunya ke sebuah mall, Adi
melihat pistol-pistolan dan ingin memilikinya. Diapun meminta pistol-pistolan
itu kepada Ibunya, namun ibunya tidak membelikannya. Adi langsung marah dan
mengguling-gulingkan badannya di lantai. Tak hanya itu saja, dia juga
membanting tasnya dan terus memukuli ibunya. Melihat hal itu ibunya merasa malu
dan akhirnya membelikan pistol-pistolan yang diinginkan Adi tersebut. Adi
langsung tersenyum dan kembali asyik dengan mainan barunya.
Itulah salah satu gambaran dari Anak Temper Tantrum. Mungkin
beberapa pembaca sering melihat anak dengan perilaku seperti contoh di atas.
Namun apakah anda tahu jika perilaku tersebut diistilahkan dengan Temper
Tantrum?
Istilah Temper Tantrum memiliki definisi marah secara berlebihan. Perilaku
ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun, walaupun pada dasanya masih sering
kita temui pada anak usia Sekolah Dasar. Temper Tantrum merupakan salah satu
ciri anak bermasalah dalam perkembangan emosinya. Anak dengan Temper Tantrum memiliki kelemahan dalam mengendalikan emosinya,
sehingga dia meluapkannya dalam bentuk kemarahan secara berlebihan. Saking
marahnya, kadang anak Temper Tantrum sering menyakiti dirinya sendiri atau
merusak barang-barang. Saat marah, dia dapat berguling-guling di lantai,
memukul-mukulkan kepalanya di tembok, membanting barang-barang di sekitarnya,
dan hal-hal berbahaya lainnya.
Selain itu anak Temper Tantrum sering tidak dapat mengungkapkan
keinginannya, memiliki sifat malu dan ketakutan yang sangat kuat, serta hipersensitif
atau sangat peka dengan perasaan tersinggungnya, serta pandangan yang
cenderung negatif dari sikap orang lain.
Anak dengan Temper Tantrum memang sering membuat orang-orang di
sekitar terpicu emosinya. Saat anak lain sedang marah, mereka bisa langsung hilang
marahnya jika dibujuk atau diberi sikap halus. Namun berbeda dengan anak temper
tantrum, mereka justru akan menunjukkan sikap yang meenjadi-jadi ketika
dibujuk. Banyak orang tua atau guru akan merasa kualahan dengan sikap anak
Temper Tantrum ini. Untuk menghindari perilaku yang lebih menjadi-jadi, guru
atau orang tua biasanya langsung saja menuruti permintaan si anak, seperti yang
dilakukan Ibu Adi pada cerita di atas. Hal ini justru memicu perilaku tantrum
yang lebih sering pada anak saat keinginannya tidak terpenuhi.
Gejala Perilaku Anak Temper Tantrum
Anak Temper Tantrum biasanya menunjukkan sikap suka cemberut dan
mudah marah saat sedang bermain dengan teman-temannya. Hal-hal yang menenangkan
anak seperti pelukan, perhatian, dan pendekatan khusus tidak dapat memperbaiki
suasana hatinya. Ketika dia menginginkan suatu hal yang dirasa tidak akan
dipenuhi orang tuanya, dia melakukan cara diluar kebiasaan seperti mengamuk,
memukul-mukulkan tangannya atau kepalanya, membanting seluruh perabotan rumah
dan juga selalu merengek sampai menangis berguling-guling jika keinginannya
tidak diiyakan oleh orang tuanya.
Penyebab Temper Tantrum
Anak Temper
Tantrum sering memunculkan sikap mengamuk jika dia lapar. Selain itu kelelahan,
kegagalan, situasi baru, mengantuk, serta antrian yang membuatnya menunggu lama
dapat memicu perilaku mengamuknya.
Menurut Rusda Koto
Sutadi, Sri Maryati, (1996) penyebab temper tantrum antara lain adalah: (a)
Anak merasa terhalang dalam pencapaian pemuasan atau keinginannya, (b) Anak
dituntut melakukan sesuatu diluar
kemampuannya, (c) Anak tinggal dengan keluarga, dengan jumlah orang dewasa yang
banyak, (e) Sikap significant other yang selalu mengkritik tingkah laku
anak, dan (f) Orang tua yang selalu cemas berlebihan dan keinginan untuk selalu
melindungi anak.
Penanganan Anak Temper Tantrum
Dari pembahasan di atas, tentu banyak hal yang anda fikirkan
tentang Anak Temper Tantrum. Perkembangan emosi yang terhambat tentu juga akan
mempengaruhi perkembangan aspek anak lainnya, seperti perkembangan fisik,
psikis, intelektual. Hal ini pasti sangat menghawatirkan bagi anda, jika
seorang guru ataupun orang tua. Anda pasti akan melakukan hal-hal yang terbaik
bagi pekembangan anak didik anda. Lalu bagaimanakah caranya menangani anak
temper tantrum ini?
Anak Temper Tantrum
memang sulit dipahami. Jika anak sudah menampakkan sikap mengamuknya, maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah dengan membiarkannya. Ketika anak marah
secara berlebihan, anak sering menunggu respon orang-orang disekitarnya sebagai
bentuk perhatian yang ditujukan kepadanya. Jika respon itu muncul, anak akan
semakin menjadi-jadi agar hal-hal yang diinginkannya dapat cepat terwujud.
Orang tua memang sering kualahan menghadapi sikap anak yang demikian. Rasa
kasihan dan juga emosi yang mulai terpancing membuat orang tua sering berfikir
pendek untuk segera memenuhi permintaan anak agar anak segera diam. Kalau sudah
begitu, jika anak memiliki keinginan lain tentu dia akan melakukan hal yang
sama secara terus menerus, bahkan akan melakukan hal-hal yang jauh lebih
membahayakan lagi. Lalu, apakah anda mau anak anda berperilaku seperti itu
terus? Jika tidak mulailah berperilaku tegas dalam mendidik anak anda.
Setelah anak lelah
karena acara mengamuknya tidak anda respon, tentu anak akan diam. Saat anak
diam itulah cara yang kedua harus anda lakukan. Mintalah dan ajarilah anak
untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara yang baik. Misalnya, “Mama senang
Adi diam begini. Nah sekarang, coba ngomong sama mama dengan baik apa yang Adi
inginkan. Jika uang mama cukup, mama akan membelikannya untuk Adi, namun jika uang mama tidak cukup maka mama akan
membelikannya nanti. Apakah Adi mengerti?”
Dengan cara
mengajak anak untuk berbicara baik-baik seperti di atas mungkin tidak akan
membuat anak langsung menunjukkan sikap bersahabat. Mungkin anak akan cemberut
atau tidak mau menatap anda. Berikan waktu untuknya untuk meluapkan
kekecewaannya. Terima perasaan anak dengan wajar, diikuti wajah kasih yang
tulus.
Berikan Reinforcement
jika sikap anak sudah mulai menunjukkan perdamaian. Setelah itu lakukan
aktivitas yang dipilih atau disenangi anak sebagai penguat dan hadiah bagi
sikapnya yang manis.
Itulah beberapa
cara menghadapi anak Temper Tantrum. Sebagai orang yang berpengaruh (Orang Tua
ataupun Guru), bukankah masa depan anak juga tergantung pada kita? (Iin)
Comments